Alat Ukur dan Pengukuran
Alat Ukur dan
Pengukuran
A. Pendahuluan
Peranan
pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang tukang jahit
pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian yang
akan dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual daging menimbang massa
daging sesuai kebutuhan pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.
B. Kajian Teori
1. Definisi pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur digunakan sebagai
satuannya.
2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengukuran
a. Presisi (Ketelitian)
Menunjukkan tingkat keseragaman hasil yang diperoleh dari
pengukuran berulang.
b. Akurasi (Ketepatan)
Adalah tingkat kedekatan hasil pengukuran terhadap hasil
sebenarnya.
c. Kepekaan (Sensitivitas)
Adalah kemampuan alat ukur dalam memberikan tanggapan terhadap
perubahan nilai pengukuran yang terjadi.
3. Kesalahan dalam Pengukuran
a. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik
terjadi secara konsisten sehingga dapat dihilangkan. Dengan kata lain,
kesalahan jenis ini memiliki penyimpangan dalam pengukuran dalam arah yang sama
dengan hasil ukur akan selalu lebih kecil atau selalu lebih besar saat
dilakukan pengamatan. Sumber dari kesalahan sistematik diantaranya:
1. Alat
2. Pengamat
3. Respons Waktu Alat Ukur
4. Kondisi Fisis Pengamatan
b. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan atau ralat acak
terjadi secara acak pada hasil ukur. Kesalahan acak dapat dikurangi
pengaruhnya, tetapi tidak bisa dihilangkan, yaitu dngan cara melakukan pengukuran
berulang-ulang sehingga didapat rata-rata hasil pengukuran. Sumber kesalahan
acak diantaranya:
1. Kondisi Lingkungan
2. Gangguan (Noise)
3. Flutuasi Tegangan Listrik
1. Mengukur Panjang Menggunakan Mistar
Mistar merupakan alat
ukur panjang yang hanya sanggup mengukur benda dengan panjang maksimum 30
cm untuk sekali pengukuran. Cara penggunaan mistar dapat dilihat pada gambar 1.6
i) Impitkan skala nol pada mistar dengan salah satu ujung benda
yang akan diukur.
ii) Lihat posisi ujung lain benda tersebut. Bacalah skala mistar
yang berimpit dengan ujung yang lain benda
iii) Kamu akan amati dua kemungkinan. Pertama, ujung benda tepat
berimpit dengan salah satu skala milimeter pada mistar Namun secara umum, kamu
akan mengamati bahwa ujung benda tidak berimpit dengan salah satu skala mistar.
Untuk menyimpulkan
panjang benda yang sedang diukur, kamu dapat mengikuti tahap-tahap berikut:
i) Amatilah skala mistar yang paling dekat dengan ujung benda
Posisi skala tersebut menentukan panjang benda. Pada gambar 1.6 skala
yang dekat dengan ujung benda adalah 10 cm lebih 5 mm. Jadi,
panjang berdasarkan bacaan tersebut adalah 10.5 cm atau 105 mm.
ii) Karena ujung benda tidak berimpit dengan skala pada mistar,
maka nilai tersebut mngandung kesalahan. Besarnya kesalahan tidak akan lebih 0,5
mm (setengah dari nilai skala terkecil) Sebab jika lebih dari 0,5 mm
maka ujung benda harus lebih dekan ke 10 cm 6 mm yang berarti
panjang benda adalah 106 mm.
iii) Untuk menampung adanya kesalahan pengukuran, maka panjang
benda yang diukur ditulis sebagai
105+0,5 mm
iv) Penulisan diatas mempunyai makna sebagai berikut
a) Panjang benda yang adalah 105 mm
b) Panjang sebenarnya dari benda tersebut berada di antara 105-0,5
= 104,5 mm sampai 105+0,5 = 105,5 mm
c) Nilai 0,5 mm disebut tidak kepastian pengukuran
Laporan pengukuran =
nilai terbaca + ketidak pastian pengukuran. Besarnya ketidak pastian pengukuran
= setengah nilai skala terkecil (nst).
2. Mengukur Panjang Dengan Jangka Sorong
Pengukuran menggunakan
jangka sorong sangat berbeda dengan pengukuran menggunakan mistar. Skala yang
pertama (disebut skala utama) berada pada lengan tetap dan memiliki nilai
terkecil 1 mm. Total panjang skala tersebut dapat mencapai 10 cm
atau lebih, bergantung dari panjang jangka sorong. Skala kedua benda pada
lengan yang dapat digerakkan sepanjang skala utama. Skala ini disebut skala
nonius. Jangka sorong ini memiliki nilai skala terkecil 0,1 mm. Cara
penggunaan Jangka Sorong:
i) Jepit benda dengan menggeser skala bergerak.
ii) Baca skala utama yang tepat dilewati oleh titik nol skala
nonius.
Pada Gambar 1.8
tampak bahwa skala utama yang tepat dilewati titik 0 skala nonius adalah
4 cm lebih 1 mm berimpit pada skal nonius yang ke- enam Berarti,
panjang benda yang diukur adalah
Pada Gambar 1.8
tampak bahwa skala utama yang tepat dilewati titik 0 skala nonius adalah
4 cm lebih 1 mm atau 41 mm. Sementara itu, skala nonius
dan skala utama berimpit pada skala utama panjang benda yang diukur adalah
41 mm+6x0,1 mm = 41,6 mm
Karena ketidakpastian
pengukuran dengan jangka sorong adalah 0.05 mm maka panjang benda yang
diukur adalah
41,16+0,05 mm
C. Contoh Soal
1. Berikut adalah gambar hasil pengukuran sepotong kayumenggunakan
mistar.
Panjang kayu tersebut adalah...
=> Diketahui: Skala Pangkal: 0 cm Skala Ujung: 3,7
cm
Ditanya: Panjang Kayu?
Jawab: Kita bisa langsung
masukkan Skala Pangkal dan Ujung,
sebagai berikut P = 3,7 cm – 0 cm
P = 3,7 cm
2. Sebuah balok diukur ketebalannya dengan jangka sorong. Skala
yang ditunjukkan dari hasil pengukuran tampak seperti gambar.
Besarnya
hasil pengukuran adalah..
=> Diketahui:
Skala Tetap: 3,1 cm Skala Nonius= 0,04
cm
Ditanya:Besar Hasil Pengukuran?
Jawab: = ST + SN
= 3,1 cm + 0,04
cm
= 3,14 cm
D. Daftar Pustaka
1. Komunitas guru fisika
SMA-MA, 2022 (buku pintar belajar fisika), -sagufindo kinarya
2. Peranan Pengukuran Dalam
Kehidupan
Sehari.id.scribd.com.https://id.scribd.com/doc/84611481/Peranan-Pengukuran-Dalam-Kehidupan-Sehari?hl=in_ID
3. 7 Contoh Soal Dan
Pembahasan - Alat Ukur Panjang - Kelompok
1.id.scribd.com.https://id.scribd.com/document/627883875/7-Contoh-Soal-dan-Pembahasan-Alat-Ukur-Panjang-Kelompok-I
Cheryl Ramadhani Andalusia Wibowo (8/XG)
Syahda Alya Mafaza (25/XG)
Komentar
Posting Komentar